Manusia di lahirkan dengan perasaan mampu melakukan
segalanya. Sebelum kemudian di kacaukan oleh pesan-pesan ketidak mampuan yang
datang dari lingkungannya. Perasaan mampu itu di tunjukan dengan keberanian
melakukan sesuatu. Perhatikanlah tingkah laku bayi berusia 8-9 bulan ke atas
ketika ia baru memulai bisa duduk dan mencoba untuk menirukan orang-orang
dewasa di sekitarnya. Dia akan mengeksporasi dunianya dengan penuh keberanian
walaupun tubuhnya belum siap untuk itu. Karena di kepalanya ia belum memiliki
konsep bahwa ia tidak mampu.
Dia akan terus bersemangat mencoba melakukan segala hal baru
dengan antusias dan tekun. Semua di
hadapi 100% dengan penuh semangat,tawa dan air mata. Suatu totalitas keikhlasan
yang sempurna. Ia kerahkan segala yang ia punya sampai kemudian-jika ia kurang
beruntung-berangsur-angsur mulai masuk pesan-pesan ketidakmampuan dari
lingkungan yang di penuhi oleh kata-kata “jangan” ,”tidak boleh” atau “tidak
bisa”. Sang bayi ikhlas itu pun mulai meragukan potensi dirinya.
Perasaan bahwa anda sanggup menentukan dan merancang
kehidupan anda sendiri sebenarnya kuat terasa di dalam hati anda . terbukti
sendiri tiap kali usaha anda di kecilkan oleh orang lain anda akan merasa tidak
senang. Tetapi meskipun perasaan bisa itu pun merupakan fitrah kelahiran
manusia, pada saat masuk kedalam masyarakat ia akan “dipaksa” untuk menerima
“kesepakatan bersama” bahwa ia hanya akan berhasil,
Kalau punya banyak uang,
Kalau punya banyak pengetahuan,
Kalau punya ijazah dari luar negeri,
Kalau punya koneksi orang dalam,
Kalau punya modal yang cukup,
Kalau punya tubuh ramping,
Kalau diberi kesempatan,
Dan beragam “Kalau” yang tidak mungkin ia bisa penuhi semuanya
Kalau punya banyak pengetahuan,
Kalau punya ijazah dari luar negeri,
Kalau punya koneksi orang dalam,
Kalau punya modal yang cukup,
Kalau punya tubuh ramping,
Kalau diberi kesempatan,
Dan beragam “Kalau” yang tidak mungkin ia bisa penuhi semuanya
(Quantum Ikhlas)
Laa tahzan…
Yang terpenting bukan seberapa indah awalnya, tapi bagaimana kamu menjaga awal yang indah itu hingga akhir.
Yang terpenting bukan seberapa indah awalnya, tapi bagaimana kamu menjaga awal yang indah itu hingga akhir.
0 komentar:
Posting Komentar